Teori feminisme Radikal
: Penggebrak Keadaan Sosial yang Alot
Putranto Argi Noviantoko
Mahasiswa Jurusan Politik dan Pemerintahan,
Fisipol, UGM, Yogyakarta
NIM
: 12/335566/SP/25268 Muhammad_argi@rocketmail.com
Kata kunci: feminisme , patriarki, new left
A. Apa Itu Teori feminisme Radikal?
Teori feminisme radikal
Teori feminisme sangat beragam dan banyak
dikemukakan oleh banyak para ahli ,diantaranya seperti feminisme
liberal,feminis marxis dan feminisme radikal. Tujuan feminisme adalah
menunjukkan bagaimana penilaian tentang suatu kondisi sosial di mana perempuan
menempuh kehidupan mereka membuka kesempatan untuk merekonstruksi dunia mereka
dan menawarkan kepada mereka prospek kebebasan di masa depan.[1]
Teori feminisme radikal menekankan pada
patriarki sebagai struktur sosial dan hubungan patriarki sebagai universal dan
unsur mendasar,dengan kata lain perempuan tertindas oleh para laki-laki dalam
struktur normal. Kate millett (1934-1977) berpendapat bahwa patriarki dibawa
oleh kontrol gagasan dan kebudayaan oleh laki-laki.[2]
Dalam teori feminis radikal awal,sebagai
contoh Shulamith firestone (1945) argumentasinya adalah bahwa patriarki
didasarkan pada faktor biologi bahwa
hanya perempuan yang mengandung dan melahirkan.[3]
Pendekatan ini hanya apabila jika telah ditemukan teknologi baru yang dapat
memungkinkan mengandung di luar rahim,maka barulah perempuan memperoleh
kebebasan yag berarti tidak memerlukan laki-laki untuk membuahi.
Menurut bouchier (1983) perkawinan
adalah”sumber institusional dari eksploitasi yang sesunggguhnya”[4]
jika seorang perempuan melakukan pernikahan terhadap seorang pria maka dia akan
harus selalu bekerja di rumah seperti bersih-bersih,masak,mengasuh anak dan
sebagainya.itulah yang menjadi dasar bahwa pembatasan kebebasan perempuan untuk
bekerja di luar sebagai suatu penjajahan perempuan oleh laki-laki. Semua hal
dalam rumah tangga diatur oleh laki-laki sebagai ketua keluarga,sehingga
perempuan merasa tertindas oleh sistem tersebut.
B. Konsepsi Pembangun Teori
Dalam
sejarah perkembangannya, ini tidak dapat dipisahkan dari filsafat bahwa semua
itu berdasarkal penindasan yang terjadi dalam sistem masyarakat pada umumnya
yang dikuasai oleh laki-laki atau patriarki.
Paham ini memberikan bukti bahwa struktur sosial yang dikuasai laki-laki tidak
akan selalu diterima oleh kaum perempuan. Maka dari itu kaum perempuan
melakukan pemberontakan terhadap sistem patriarki
yang dirasa menindas dari segala aspek kehidupan masyarakat seluruhnya.
Paham ini memiliki kecenderungan untuk melepaskan diri dari sistem yang ada,dan
membuat sistem yang baru dan mandiri. Teori ini menarik untuk dipahami karena
dapat memberikan kita wawasan sosial yang luas dalam cangkupan ilmu.
Para perempuan yang merasa ditindas
banyak yang melakukan tindakan-tindakan menentang adat atau budaya yang ada di
sekitarnya. Sehingga secara tidak langsung membentuk konsep, bahwa pemikiran
mereka harus jauh dari namanya laki-laki sebagai pembentuk sistem sosial yang
ada di lingkungan masyarakatnya. Feminisme
radikal lain berpendapat bahwa fenomena universal pada akar patriarki bukanlah
menjadi ibu biologis,melainkan institusi sosial keluarga berbasis perkawinan
tertentu.[5]
Dan juga dalam perkembangannya bahwa ,sistem patriarki yang telah ada akan
dilawan juga dengan pembenaran yang tidak bersistematis seperti pada umumnya
secara normal. Dalam artian bahwa mereka menentang arus tidak secara
politik,soial saja namun juga kodratnya sebagai perempuan. Master dan johnson (1966) menambahkan legitimasi baru bagi klaim
sebagaian feminisme radikal bahwasanya konstruksi sosial dari bentuk-bentuk
seksualitas tertentu sebagai “normal” dan “superior” terhadap yang lain adalah
alat universal yang menjadi sumber patriarki[6]
Dalam
perkembangannya, feminisme radikal dapat dikategorikan gerakan new leftatau gerakan
pembaruan,yang berbeda dari feminisme
liberal yang memandang prasangka gender sebagai persoalan ketidak acuhan. Oleh
karena itu ,sikap tak acuh itu dapat dihilangkan dengan memberlakukan
undang-undang anti diskriminasi terhadap individu-individu yang terkait dan
dengan mempromosikan sikap-sikap anti eksis. Akibatnya, bagi kaum feminisme,
ini adalah perang yang kelak dapat dimenangkan dengan pendidikan kembali.[7]
Yang
dimana menekankan persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan
feminisme radikal menekankan perbedaan antara status laki-laki dan status
perempuan. Maka dari itu semua akan menjadi objek dimana, dilihat dari sudut
pandang akan lebih cenderung untuk menyimpang dengan feminisme yang lain. Dalam
pemikiran pokok teori ini adalah perempuan mengalami tekanan atau penindasan
oleh laki-laki.
Kekuasaan pusat dikendalikan oleh laki-laki
harus dapat dipahami dan dikenali secara umum,dan tidak boleh di bebaskan dalam
suatu kontruksi sosial sehingga kontruksi sosial secara umum yang terpintas
dari kehidupan sosial akan menjadi berbeda dalam paradigma tertentu. Sehingga
perbedaan gender yang dikategorikan menjadi dalam pengelompokan maskulin dan
feminim harus dihapuskan karena itu hanya kontruksi sosial yang diciptakan oleh
masyarakat dalam kehidupan sosial yang ada. Dalam pemikiran inti,bahwa
penindasan yang paling struktural dalam perkembangan jaman dan keadaan sosial
berada pada penindasan yang dilakukan oleh laki-laki dalam membuat paradigma
masyarakat secara umum dan struktural.
Dalam
penekanannya perbedaan gender tersebut dapat menjadi acuan politik dalam
kehidupan, untuk memperkuat kekuasaan dalam sistem patriarki. Dalam kehidupan perempuan pengalamanlah yang menuntun
agar dapat merasakan ketidakadilan dalam berkehidupan dalam kehidupan
perempuan. Dalam protes-protes tersebut ada jalan yang begitu sangat menolak
kodrati, yaitu lesbianisme sebagai protes dalam upaya menolak peran laki-laki
sebagai pasangan hidup. Maka dari itu dalam
praktik , tujuan untuk melakukan transformasi seksualitas perempuan sebagai
jalur perjalanan penghancuran patriarkhi mendorong banyak feminis radikal untuk
berpendapat bahwa hanya seksualitas lesbian yang memungkinkan perempuan untuk
bebas mengeskpresikan emosi mereka-suatu solusi yang dikenal sebagai “
separasi”[8]
Menolak adanya pernikahan yang membelenggu kebebasan
seorang perempuan dalam berkehidupan sehari-hari. Ciptakan dalam keadaan yang
begitu tenang dan menikmati hidup tanpa aturan laki-laki dalam rumah tangga.
Itulah salah satu contoh tindakan dalam perlawanan konsep dari patriarki. Karena dasarnnya adalah
menuntut keadilan perempuan dalam teori feminisme radikal ini.
C. Tokoh-Tokoh Teorifeminisme radikal
Kate
Millet, Shulamith Firestone, David Bouchier, Mary Maynard, Sylvia Walby,
Masters, Johnson, Adrienne Rich,Andrea Dworkin dan Elizabeth Stanko (PIP Jones
; 2003)
D. Kasus dan Implementasi Teori
(kesimpulan)
Dalam
teori yang paling dapat berhasil akan perjuangan empasi wanita adalah Raden
Ajeng Kartini, yang memperjuangkan pendidikan Kaum Pribumi pada masa Kolonial
Belanda Khususnya untuk Perempuan. Karena dijaman itu yang boleh bersekolah
adalah kaum orang yang terpandang (Bangsawan), kaya dan Laki-laki. Tetapi R.A
Kartini memiliki ide untuk melakukan gebrakan-gebrakan yang baru dalam
memajukan pendidikan untuk kaum pribumi yang biasanya untuk para Laki-laki.
Paradigma
yang telah berkembang dalam pemikiran masyarakat pada masa itu adalah kaum
Perempuan tidak perlu adanya pendidikan, Karena perempuan hanya bertugas di
dalam rumah tangga (mengurusi suami dan anak). Maka dari itu R.A Kartini
melihat bahwa semua sistem tersebut adalah karena adanya patriarki yang menguasai struktur sosial di Indonesia pada masa
kolonial Belanda. Sehingga melawan arus kodrat yang telah ditentukan bahwa
Laki-laki mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari pada Perempuan, sehingga
sangat tabu jika Perempuan pada masa itu bersekolah. Intinya R.A Kartini
sebagai perempuan merasakan penindasan yang dilakukan Laki-laki dalam struktur
sosial pada masa tersebut. Keberhasilan dalam merubah paradigma di masa depan,
telah mencipatakan suatu struktur sosial yang baru.
Dalam
prakteknya, teori tersebut tidaklah selalu dengan cara yang kasar, karena yang
dilakukan R.A Kartini di masa depan, menjadikan terobosan yang begitu luar
biasa bagi para Perempuan di Indonesia dengan cara yang halus. Dalam teori ini
saya kurang begitu setuju dengan apa yang dikemukakan bahwa Perempuan harus
dapat terpisah dari sistem Patriarki,
karena sesungguhnya kodrat laki-laki dan perempuan itu mamang berbeda tetapi
Laki-laki dan Perempuan menjadi pelengkap dalam kehidupan sosialnya. Sehingga
harus bijak dalam menanggapi permasalahan. Masalah sesungguhnya adalah tidak
adilnya dalam distibusi kesejahteraan, keamanan dan rasa nyaman.
Daftar Pustaka
Era Baca.(2012)Biografi R.A Kartini Biodata,
Profil Raden Ajeng Kartini Lengkap.
Kartini,http://www.erabaca.com/2012/03/biografi-ra-kartini-biodata-profil.html
Hall,stuart.(2010).LIFE
AND TIMES
OF THE FIRST NEW LEFT,http://newleftreview.org/II/61/stuart-hall-life-and-times-of-the-first-new-left,diakses
pada tanggal 7 januari 2013)
Jones,Pip.( 2009) Pengantar Teori-Teori Sosial:Dari Teori Fungsionalisme Hingga
Post-Modernisme, terj. Ahmad Fedyan Saifuddin.Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Berikut konten yang terelasi dengan materi Anda: "Mengacu pada apa yang dipercayai feminisme perihal gender, seperti yang ditulis dalam buku yang berjudul: ‘Iluminasi Kehidupan Sosial’ dan ‘Tubuh yang dikonstruksi Secara Sosial berdasarkan Teori Feminis’ pada dasarnya feminis mengatakan bahwa gender pria dan wanita dibentuk berdasarkan konstruksi sosial, bahwa pria sebagai yang dikatakan maskulin dan wanita yang dikatakan feminin, keduanya dipandang sebagai bentuk dari faktor sosial semata. Feminis tidak menyetujui bahwa kondisi fisik yang amat berbeda secara nyata membentuk sisi maskulin untuk pria dan sisi feminin untuk wanita. Feminis tidak akan melansir pernyataan bahwa pria pada umumnya memiliki kekuatan fisik yang mengungguli wanita." Sumber buku: Awaken The Giant - Bangkitnya Revolusi Sosial Dunia. Sulianta, Feri. 2016. link sampel sumber: http://www.leutikaprio.com/produk/110218/sosial_politik/16121439/awaken_the_giant__bangkitnya_revolusi_sosial_dunia/16117916/feri_sulianta
BalasHapus